Opini  

Luka Tak Kasat Mata Korban Pelecehan Seksual

Bogor | HSB – Pelecehan seksual bukan sekadar persoalan kriminalitas. Ia adalah tragedi kemanusiaan yang menyisakan luka panjang bagi korban. Luka itu sering kali tidak tampak di permukaan, namun nyata menghantui kehidupan sehari-hari.

Gejala yang dialami korban bisa dilihat dari perubahan emosi yang drastis. Banyak yang hidup dalam ketakutan, dihantui rasa cemas, bahkan merasa bersalah seolah-olah merekalah penyebab peristiwa itu. Malam hari sering menjadi mimpi buruk, ketika trauma kembali hadir dalam tidur yang terputus-putus.

PASANG IKLAN

Tak berhenti di situ, tubuh pun berbicara. Sakit kepala, perut, atau jantung berdebar bisa muncul tanpa sebab medis yang jelas. Energi terkuras, daya konsentrasi merosot, dan aktivitas rutin pun menjadi beban berat.

Dalam kehidupan sosial, korban kerap menarik diri. Mereka memilih diam, menghindar dari lingkungan, bahkan menjauh dari orang-orang yang dulu dekat. Ada yang berubah agresif, ada pula yang terjebak dalam kebiasaan merusak diri mulai dari bolos sekolah, penggunaan alkohol, hingga narkoba.

Pada anak-anak, gejala itu lebih samar. Mereka bisa tiba-tiba kembali bersikap kekanak-kanakan, enggan sekolah, atau menangis tanpa alasan. Semua adalah alarm yang sering diabaikan orang dewasa.

Pelecehan seksual tak hanya merampas hak tubuh seseorang, tetapi juga mencederai jiwa, masa depan, dan rasa percaya diri. Negara seharusnya hadir, bukan sekadar lewat perangkat hukum, melainkan dengan memastikan pemulihan korban berjalan nyata. Sebab, setiap korban berhak mendapatkan keadilan sekaligus ruang aman untuk sembuh.

Oleh: Redaksi Hariansinarbogor.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *