Bogor | HSB – Mutu beton pengecoran pondasi cakar ayam pada proyek belanja pemeliharaan/rehabilitasi gedung kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor dipertanyakan.
Dari pantauan awak media di lapangan, Jum’at (07/11), terlihat beberapa pekerja melakukan pengecoran pondasi cakar ayam, namun sangat disayangkan, adukan cor an beton berupa semen, pasir dan split diduga tidak sesuai dengan pedoman Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu 1,2,3.
PASANG IKLAN 
Untuk mengetahui mutu beton berapa yang digunakan, awak media mencari keberadaan konsultan pengawas maupun pelaksana, namun menurut salah satu pekerja yang enggan disebutkan namanya mengatakan, keduanya tidak pernah ada di lapangan.
“Konsultan pengawas dan pelaksana selama saya bekerja disini belum pernah datang,” ujar salah seorang pekerja.
Analisa adukan beton menurut SNI dilakukan dengan cara perencanaan campuran (mix design) untuk menentukan proporsi material (semen, agregat halus, agregat kasar, dan air) yang sesuai dengan mutu beton yang diinginkan. SNI juga mengatur persyaratan kualitas bahan, seperti kebersihan air dan spesifikasi agregat, serta proses pengadukan di lapangan untuk mencapai mutu yang diinginkan, seperti yang dijelaskan dalam SNI 03-2847-2002 dan pedoman lain seperti SNI 7656:2012.
Dalam ketentuan SNI, mengonversi proporsi berat menjadi perbandingan volume untuk memudahkan pencampuran di lapangan, misalnya dengan rasio 1:2:3 (semen:pasir:kerikil).
Menghabiskan biaya sebesar Rp. 500 juta lebih yang anggarannya bersumber dari APBD Kabupaten Bogor TA. 2025, proyek rehabilitasi gedung Disbudpar ini dikerjakan oleh PT. Bela Persada Utama, dengan Konsultan Pengawas dari PT. Inkoneksi Izi Konsultan, dengan masa pelaksanaan 45 hari kalender.
Hingga berita ini diterbitkan, awak media masih akan melakukan verifikasi kepada pihak-pihak terkait.
(Deva)
