Sukabumi – Seringkali ditemukan adanya pekerjaan pembangunan infrastruktur terutama bidang jalan, seperti pada pengaspalan yang kurang maksimal dalam pelaksanaan, lantaran hanya menggunakan alat berat atau stamper yang bobot nya tidak sesuai dengan kapasitas jalan, sehingga fisik jalan tidak bisa bertahan lama.
Seperti terlihat pada ruas jalan Pasirsuren-Cikidang, pada saat itu pekerjaan dilaksanakan akhir tahun 2024, yang titiknya ada pada gerbang masuk ruas pasirsuren-Cikidang, yang hingga hari ini belum genap satu tahun fisik jalan itu sudah mengalami kerusakan lagi, hal ini diungkapkan Warga setempat yang pada saat melaksanakan kegiatan menyaksikan.
Saya masih ingat saat perbaikan jalan ini, waktu itu pada akhir tahun 2024 pengaspalan jenis sand sheet, lalu belum ada 5 bulan jalan itu sudah mulai ada kerusakan bolong-bolong, bahkan ada kerusakan yang seperti parit kecil memutus badan jalan, dengan begitu mana kualitasnya sehingga hasilnya jalan itu mulai rusak, padahal sampai saat ini saja belum genap satu tahun, jangan nanti alasan kerusakan ini penyebabnya alam, karena kami juga masyarakat tahu kalau pekerjaan yang bagus seperti apa.
Kan jelas titik kerusakan itu bukan karena adanya pergerakan tanah atau lainnya, tetapi diduga adanya teknis yang salah, sehingga terjadi adanya rongga udara yang diakibatkan pemadatan kurang maksimal atau bobot Stamper nya tidak sesuai dengan kapasitas jalan, yang pada akhirnya menyebabkan fisik jalan jadi cepat rusak, itu kan sederhana, yang biasa kita sudah tahu kalau pekerjaan ada yang kurang maksimal, pasti hasilnya juga tidak memuaskan, imbuhnya mengakhiri pembicaraan.
Seperti baru-baru ini masih ditemukan adanya pekerjaan dinas pekerjaan umum yang masih menggunakan stamper yang diduga bobotnya hanya 2 ton, sementara ruas jalan itu termasuk kelas III (tiga) yang sering dilintas kendaraan bermuatan diatas 5 ton, tentu hal ini akan terjadi ketidak seimbangan kapasitas.
Hal ini juga ditemukan adanya pelaksanaan kegiatan pengaspalan ruas jalan Bagbagan-Warungkiara tepat nya di kampung Pilar Warungkiara, tampak pada penggunaan stamper yang Bobonya diduga hanya 2 ton, padahal kapasitas jalan itu kelas III atau jalan kabupaten.
Untuk itu bagaimana dengan pengawasan dari dinas terkait tehadap pelaksanaan pekerjaan dilapangan, yang ternyata masih ditemukan adanya pekerjaan diduga kurang maksimal, seperti pada penggunaan alat stamper yang tidak sesuai dengan spak.
Resty Ap