Tasikmalaya, Hariansinarbogor.com- PRAWITA GENPPARI tidak pernah berhenti dalam mengembangkan kreasi seni dan budaya di tanah air, termasuk turut serta secara aktif dalam menjaga kelestarian budaya bangsa yang luhur. Salah satu bidang yang mendapat atensi besar adalah pelestarian seni bela diri pencak silat. Pencak silat merupakan seni bela diri yang telah lahir di tanah air sejak zaman dahulu kala sehingga menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan, dijaga dan dirawat “, ungkap Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Jum’at (1/7).
Hal tersebut ia sampaikan setelah melakukan safari kunjungan ke desa Indrajaya dan desa Sundakerta di kabupaten Tasikmalaya. Fakta – fakta menunjukkan bahwa masyarakat desa di Tasikmalaya itu sangat kreatif dan inovatif untuk memajukan daerahnya. Hal ini tentu menjadi modal dasar yang sangat berharga. Namun demikian, ia juga mengingatkan agar senantiasa untuk menjaga warsan budaya bangsa dimana salah satunya adalah seni bela diri pencak silat. Pencak silat merupakan cabang dari seni bela diri dan sudah banyak dikenal oleh dunia internasional. Tidak heran jika semakin banyak peminatan terhadap seni bela diri ini.
Kemudian Dede juga menjelaskan terkait dengan manfaat dari seni bela ini, termasuk bagi perempuan yang tentunya dituntut untuk bisa menjaga diri. Di samping itu juga terdapat manfaat buat kesehatan sebagaimana jenis olah raga yang lainnya. Namun di samping olah raga, ada juga hal – hal yang terkait dengan seni pencak silatnya, dimana ilmu bela diri yang diselaraskan dengan alunan kendang sehingga menjadi karya cipta yang luar biasa. Apalagi PRAWITA GENPPARI sendiri memang konsen dengan dunia pariwisata dan seni budaya.
“ Oleh karena itu, mari kita sama-sama melestarikan budaya asli bangsa kita dengan baik agar tetap terjaga keberadaannya. Kebudayaan merupakan identitas dari bangsa kita Indonesia. Jangan sampai Indonesia yang kaya akan budaya akan tergantikan karena gaya hidup generasi muda yang relatif lebih mudah menerima budaya asing. Jangan sampai Bangsa Indonesia kehilangan identitasnya dan jati dirinya yang luhur “, imbuh Dede.
Lebih lanjut Dede juga menjelaskan kekayaan budaya lainnya yang ada di desa Sundakerta Tasikmalaya ini, seperti musik Degung yang dilestarikan oleh masyarakatnya dengan dorongan penuh dar Kepala Desanya yaitu Anton Raksadiwangsa. Untuk itu PRAWITA GENPPARI selalu dan sangat mengapresiasi para kepala desa yang memiliki komitmen yang kuat dalam memajukan desanya dan juga tetap menjaga kelestarian warisan budaya bangsa.
Dalam kunjungan Tim DPP Prawita GENPPARI yang juga ditemani oleh Pengurus DPW dan DPD Prawita GENPPARI dari berbagai wilayah di Indonesia ini, disambut dan diterima dengan baik oleh kepala desa dan jajaran sehingga tercipta satu suasana yang penuh dengan keakraban. Bahkan masyarakatnya pun begitu antusias menerima kunjungan Tim Prawita GENPPARI dari berbagai propinsi ini dengan segala keramahan dan kedamaian.
Kemudian Dede juga menambahkan bahwa seni musik Degung hampir sama dengan Gangsa di Jawa Tengah, Gong di Bali atau Goong di Banten yaitu Gamelan. Gamelan merupakan sekelompok waditra dengan cara membunyikan alatnya kebanyakan dipukul.
Mula mula Degung merupakan karawitan gending, penambahan waditrapun berkembang dari jaman ke jaman. Pada tahun 1958 barulah dalam bentuk pergelarannya degung menjadi bentuk sekar gending, dimana lagu-lagu Ageung diberi rumpaka, melodi lagu dan bonang kadangkala sejajar kecuali untuk nada-nada yang tinggi dan rendah apabila tidak tercapai oleh Sekar. Banyaknya kreasi-kreasi dalam sekar, tari, wayang menjadikan degung seperti saat ini.
“ Saya atas nama seluruh jajarah pengurus PRAWITA GENPPARI mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada kepala desa Sundakerta, jajaran pemerintahan desa dan seluruh masyarakat Sundakerta yang telah menerima kunjungan kami dengan sangat baik, sehingga maksud dan tujuan kunjungan bisa terlaksana dengan baik. Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh rekan – rekan pengurus Prawita GENPPARI dari berbagai wilayah di tanah air yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan dananya untuk melakukan studi banding ke desa Sundakerta Tasikmalaya. Mudah – mudahan di masa yang akan datang bisa tetap melaksanakan berbagai program organisasi yang lebih baik lagi “, pungkas Dede menutup perbincangan.( Red )