Jakarta, Hariansinarbogor.com- Indonesia dikenal sebagai negara yang terdiri dari belasan ribu pulau. Dimana 2/3 nya merupakan wilayah perairan, dan letaknya juga sangat strategis diapit oleh dua samudera dan dua benua, sehingga pengguna jasa moda transportasi laut semakin berkembang. Baik moda transportasi untuk orang maupun barang. Itulah sebabnya pemerintah memiliki tekad untuk menjadikan perairan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Hal ini tentu sangat wajar, mengingat strategis posisi secara geografis dan juga sumberdaya lautnya yang luar biasa.
Ada banyak potensi kelautan yang bisa dikembangkan, seperti budidaya perikanan dan rumput laut, keanekaragaman bio hayati, bioteknologi, jasa kelautan, produksi garam dan turunannya, biofarmakologi laut, pemanfaatan air laut selain energi, pemasangan pipa dan kabel bawah laut, serta pengangkatan benda dan muatan kapal tenggelam, serta berbagai potensi lainnya.
“Melihat dari limpahan potensi yang besar ini, maka tidak mustahil ada orang yang tertarik untuk melakukan tindak kejahatan di perairan. Atau bisa juga memanfaatkan laut sebagai sarana guna menunjang tindak kejahatannya, seperti human trafficking, ilegal logging, ilegal oil, ilegal trading, narkoba, dan lainnya. Untuk itulah penguatan personil Intelijen Perairan mutlak harus dilakukan guna mencegah berbagai tindakan jahat yang mungkin dilakukan di perairan tersebut “, ujar Pemerhati Intelijen Dede Farhan Aulawi di Jakarta, (21/7).
Hal tersebut ia sampaikan di sela – sela waktu saat memberikan pelatihan Intelijen Perairan bagi seluruh intelijen polisi perairan di Mako Ditpolair Baharkam Polri Tanjung Priok Jakarta. Dede Farhan Aulawi selama ini memang banyak dikenal sebagai pelatih intelijen karena banyak memberikan pelatihan ilmu intelijen di berbagai institusi pemerintah.
Menurutnya, intelijen merupakan salah satu disiplin ilmu yang sebenarnya bisa dipelajari oleh siapapun. Setiap warga negara Indonesia memiliki kewajiban untuk turut serta dalam bela negara, dan salah bidang yang harus terus diperkuat adalah SDM Intelijen, termasuk Intelijen Perairan ini. Ujarnya.
” Mengamankan 2/3 wilayah Indonesia ini bukan hal yang mudah. Apalagi masih banyak keterbatasan yang kita miliki. Merubah suatu keadaan itu butuh proses, dan tidak semudah membalik telapak tangan. Untuk itulah peningkatan mutu dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan intelijen kita harus terus dilakukan secara berkesinambungan “, ungkap pakar intelijen ini.
Di dunia ada yang namanya pendidikan ‘International Maritime Intelligence’, tapi di Indonesia pelatihannya masih jarang. Oleh karenanya, partisipasi publik untuk meningkatkan katpuan intelijen harus terus dilakukan. Basics of theory -nya tentu saja sama, yaitu kegiatan penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan. Hanya saja medan, karakteristik dan wilayah operasinya berbeda. Tentu saja perlu dukungan sarana prasarana yang memadai, termasuk dukungan teknologinya. Dan dari semua itu, SDM (Human Intelligence / Humint) akan menjadi kata kunci yang sangat menentukan.
“Pelaksanaan pelatihan ‘Analisis Intelijen Perairan’ selama 2 hari (21-22 Juli) yang diselenggarakan oleh Korpolairud perlu diapresiasi sebagai terobosan maju dalam mencetak ketersediaan intelijen perairan yang bertugas mengamankan seluruh wilayah perairan Indonesia. Inovasi kepemimpinan seperti ini, sesungguhnya merupakan ciri dan fondasi kepemimpinan kontemporer “, pungkas Dede Farhan Aulawi mengakhiri keterangan.(Red)