Jakarta || Bagi pasangan yang belum memiliki momongan, mungkin menjadi stressor tersendiri menghadapi hal ini. Timbul rasa cemas karena adanya penyakit, kadang mendapat stigma kurang baik dari orang lain, belum lagi pertanyaan orang tua ataupun mertua, yang menanyakan, mengapa belum diberi momongan.
Selain itu pula, kegagalan program IVF sebelumnya juga bisa memberikan dampak negatif dan pesimistis. Gaya hidup dan pola psikologi masing-masing pasangan dapat mempengaruhi kesuburan seseorang.
Penelitian menunjukan bahwa kecemasan dapat secara signifikan mempengaruhi keberhasilan program IVF.
Pendapat ini disampaikan dr. Iwan Budhiharto, Counselor Klinik Kato Ojin Fertility, di Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (17/11/2023).
Metode Mini In Vitro Fertilization (IVF) atau Mild Stimulation yang dikembangkan Kato Ojin Fertility Center di seluruh dunia, bertujuan meningkatkan angka keberhasilan program kehamilan. Kini akan hadir di Indonesia pada 25 Nopember 2023.
Kato Ojin Fertility Center (KOFC) mengadopsi metode atau protokol dari Group Kato Ladies Clinic yang berada di 6 negara yaitu, Jepang, Filipina, Mongolia, China, dan USA, termasuk di Indonesia, yaitu bertujuan menghasilkan calon-calon bayi yang sehat dan berkualitas.
Rina Laurentie Sindunata, CEO Kato Ojin Fertility Center, menyatakan bahwa yang membuat Kato Ojin Fertility Center berbeda dengan Klinik Fertilitas lain, yakni penggunaan metode mini IVF. Metode ini merupakan Natural Cycle Treatment, sehingga aman untuk para wanita yang sedang atau akan mengikuti program kehamilan.
Selain itu, dosis obat yang digunakan juga sangat minim dan Less Injection. “Medical supplies yang kami gunakan sebagian besar dari Jepang sehingga kualitas dan tingkat akurasi hasil dari laboratorium mulai tahap awal sampai dengan proses selesai itu sangat tinggi,” ungkapnya.
Medical Director Kato Ojin Fertility Center, dr Muhammad Dwi Priangga, Sp.OG, SubSp.FER, menjelaskan, bahwa stimulasi minimal bertujuan untuk mengurangi dosis penggunaan obat stimulasi indung telur yang rata-rata cukup tinggi dengan tetap mempertahankan keberhasilan perkembangan embrio dan kehamilan.
“Pada IVF konvensional, penggunaan obat stimulasi dosis tinggi bertujuan untuk merangsang ovarium agar memproduksi banyak sel telur untuk diambil. Namun, hal ini dapat menimbulkan berbagai efek samping dan komplikasi,” tandasnya.
Stimulasi minimal, lanjutnya, juga dikenal sebagai IVF siklus natural, yang menggunakan obat dengan dosis lebih rendah atau terkadang tidak menggunakan obat sama sekali. Sebelumnya dilakukan pemantauan siklus menstruasi alami perempuan untuk mengambil satu atau beberapa sel telur yang diproduksi secara alami.
“Tujuan utama dari stimulasi munimal pada IVF adalah untuk mengurangi risiko sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS), menurunkan biaya pengobatan, dan meminimalkan biaya pengobatan, serta meminimalkan potensi efek samping bagi pasien,” pungkas dokter Priangga.
Senada dengan pernyataannya, dr. Muhammad Fadli, Sp.OG, spesialis Obgyn dari Kato Ojin Fertility Center, menambahkan keterangan, Anti-Mullerian Hormone atau AMH sering sekali dikaitkan dengan kesuburan wanita.
“Ini tidak sepenuhnya benar. Kadar AMH menggambarkan jumlah cadangan telur yang berada di indung telur pada setiap wanita. Sejak lahir setiap wanita memiliki cadangan telur sebanyak 2 juta. Saat memasuki pubertas angka ini menurun menjadi 300.000 dan tersisa sangat sedikit saat memasuki fase menopause. Untuk menilai cadangan telur (ovarium reserve) maka selain menggunakan tes AMH penting juga dilakukan pemeriksaan Antral Follicle Count dengan menggunakan USG transvaginal,” tambah dr Fadli.
Namun, menurutnya, kadar AMH dapat menurun lebih drastis, yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebiasaan merokok, terpapar radiasi, terkena penyakit kista endometriosis atau kista coklat dan infeksi lainnya.
“Kadar AMH hanya menunjukkan kuantitas telur bukan kualitas. Penanganan dengan Minimal Stimulation memiliki prinsip yang sama yaitu melakukan petik telur dengan jumlah yang lebih sedikit dari konvensional stimulation, penggunaan obat lebih sedikit, dibandingkan Konvensional IVF. Selain itu rasa nyeri dari suntikan akan lebih berkurang serta biaya lebih ekonomis,” kilahnya.
Mengenai penanganan terkait kasus AMH tinggi (sindrom ovarium polikistik atau PCOS), dr Eko Santoso, Sp.OG, mengatakan, bahwa ketika seorang penderita PCOS yang memiliki AMH tinggi berkeinginan memulai program hamil bayi tabung, maka dalam penanganannya perlu meminimalisir kejadian Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), karena penderita PCOS akan mempunyai risiko OHSS yang sangat meningkat. Efek samping OHSS paling ditakuti karena merupakan bentuk komplikasi serius IVF yang dapat terjadi ketika ovarium menghasilkan terlalu banyak folikel atau sel telur. OHSS dapat mengakibatkan morbiditas atau bahkan kematian.
“Pedoman IVF khusus dari Kato Ojin Fertility Center bagi penderita PCOS adalah menggunakan protokol stimulasi minimal atau mild stimulation. Jenis protokol ini menggunakan dosis obat hormon (kesuburan) yang lebih rendah untuk menstimulasi pertumbuhan sel telur, sehingga dapat membantu mengurangi risiko OHSS,” jelasnya. (AD).
Beranda
Kesehatan
Mild Stimulation, Metode Baru Meningkatkan Angka Keberhasilan Program Kehamilan Berisiko Rendah
Mild Stimulation, Metode Baru Meningkatkan Angka Keberhasilan Program Kehamilan Berisiko Rendah


Rekomendasi untuk kamu

Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79 tahun 2025, Satuan Brimob Polda Metro Jaya…

Polres Bogor – Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79, Polres Bogor melalui Seksi Kedokteran dan…

PEKANBARU – Dalam rangka menyambut Hari Bhayangkara ke-79, Polda Riau menyelenggarakan Bakti Kesehatan bertempat di…