Cibalung, Cijeruk – Kabupaten Bogor, Pemerintah melalui Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) terus mendorong peningkatan fungsionalitas jaringan irigasi berbasis peran serta masyarakat petani (P3A). Program ini merupakan bagian dari upaya mendukung visi Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan swasembada dan ketahanan pangan desa serta nasional menuju Indonesia Emas 2045.
Desa Cibalung, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor menjadi salah satu penerima manfaat program P3A. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp195 juta yang bersumber dari APBN 2025, proyek ini resmi berjalan sejak 7 Agustus 2025.
Selama ini, pertanian di Desa Cibalung masih menghadapi keterbatasan akses air irigasi, terutama di musim kemarau. Selain itu, jaringan irigasi yang ada dinilai kurang efisien sehingga produktivitas pertanian menurun. Kehadiran program P3A diharapkan mampu meningkatkan kemandirian petani melalui partisipasi aktif dalam pengelolaan dan pemeliharaan irigasi.
Namun, hasil investigasi di lapangan menemukan adanya dugaan pekerjaan yang tidak sesuai standar teknis. Pemasangan pondasi batu diduga dilakukan tanpa lantai kerja yang memadai, bahkan hanya ditanam di area genangan air tanpa penggalian pondasi sesuai prosedur. Kondisi ini dikhawatirkan akan memengaruhi kekuatan dan ketahanan bangunan irigasi.
Saat dikonfirmasi, Asep, Ketua P3-TGAI Desa Cibalung, menyebutkan bahwa kendala di lapangan salah satunya terkait keberadaan pohon warga yang tidak boleh ditebang. “Itu sudah saya sampaikan, hanya saja yang kerja kan saya juga sibuk di kebun,” ujarnya sambil tersenyum.
Sementara itu, Dodi, selaku kontraktor, mengakui adanya kekurangan dalam pengerjaan awal. “Itu memang tanggung jawab saya. Saya sudah bilang ke pekerja agar gali dulu pondasinya sekitar 30 cm supaya kuat. Mungkin karena kurang kontrol di lapangan, hasilnya jadi begitu. Sekarang sudah saya minta diperbaiki,” jelasnya.
Warga setempat, Ebok, menilai pentingnya musyawarah sebelum proyek dilaksanakan. “Harusnya kalau ada program pemerintah, rembukan dulu dengan warga, terutama petani. Supaya jelas, pohon yang menghalangi bisa diatur dan irigasi dibuat lebih kokoh. Kalau pondasinya kuat, air bisa lancar dan warga sekitar tidak kebanjiran,” ungkapnya.
Program P3A sejatinya menjadi sarana pemberdayaan petani sekaligus penguatan ekonomi domestik berbasis pertanian. Namun, pengawasan dan transparansi dalam pelaksanaan sangat penting agar manfaat program benar-benar dirasakan masyarakat desa.
(Bustomi)















