Kepala BMKG dan Pj. Gubernur DKI Jakarta Bicara Perubahan Iklim dalam COP28 UAE, Pentingnya Perlindungan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekosistem

Kepala BMKG Pusat Prof.Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc.Ph.D.

Jakarta – Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor pendorong iklim dan jumlah populasi masyarakatnya banyak yang hidup di wilayah pesisir. Pemberian perlindungan bagi masyarakat untuk memastikan keselamatan dan keberlanjutan ekosistem menjadi hal penting.

Demikian pendapat Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofiska (BMKG), Dwikorita Karnawati, saat menghadiri Konferensi PBB tentang Perubaham Iklimke-28 (COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu (3/12/2023).

“Kami sangat terpengaruh oleh berbagai faktor pendorong iklim seperti El Nino, angin muson Asia, angin muson Australia, gelombanh atmosfer, dan beberapa faktor pendorong lainnya seperti MGO,” tandas Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Di sisi lain, ujarnya, populasi masyarakat Indonesia yang hidup di wilayah pesisir pun jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu menjadi penting untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat untuk memastikan keselamatan dan keberlanjutan ekosistem.

Caranya, dengan memberikan data pengamatan ketahanan wilayah pesisir Indonesia. Diharapkan masyarakat dapat menerima informasi dan mengimplementasikannya dalam beraktifitas.

Dwikorita menerangkan, agar informasi tersebut dapat diterima, BMKG senantiasa berusaha untuk mengkomunikasikannya dengan bahasa sederhana agar dapat dimengerti masyarakat.

“Maka dari itu, akhirnya kami memberikan literasi kepada petani dan nelayan di bidang kelautan karena kami juga memiliki beberapa area pertanian di dekat garis pantai agar mereka bisa lebih memahami fenomena cuaca dan iklim, anomali iklim . Sehingga mereka dapat melindungi diri mereka sendiri dan membuat rencana bagaimana mengembangkan kemakmuran mereka dan hasil produksi mereka,” ujar Dwikorita.

Pj. Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, saat menjadi pembicara dalam salah satu sesi diskusi panel konferensi COP28 di Dubai.



COP28 bertujuan membahas cara-cara untuk mengatasi krisis iklim seperti membatasi suhu global, membantu komunitas yang rentan beradaptasi dengan efek perubahan iklim, dan mencapai emisi bersih pada tahun 2050. Lebih dari 70.000 delegasi menghadiri COP28, termasuk negara-negara anggota Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang perubahan iklim dan bencana alam.

Sementara itu, Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono yang berkesempatan menjadi pembicara pada Diskusi Panel Subnasional Climate Action Leaders’ Exchange (SCALE), bertema Advancing Ambitious Multi-level Climate Action, COP28 UAE, menyampaikan komitmen Kota Jakarta untuk menurunkan emisi karbon dan upaya yang dilakukan dalam mencapai Low Carbon Society.

“Jakarta berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 30% dan secara ambisius sebesar 50% pada 2030. Kami juga menargetkan nol emisi pada 2050,” tuturnya. (AD).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *