Transformasi Digital Rumah Sakit Swasta Jadi Sorotan di Healthcare Expo 2025

Jakarta — Menyadari cepatnya laju digitalisasi di sektor kesehatan, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) kembali menggelar Seminar Nasional XII & Healthcare Expo XII Tahun 2025. Acara bergengsi ini mengangkat tema “Strategi Fasilitas Kesehatan dalam Menghadapi Tantangan Kesehatan Dinamis di Era Digitalisasi”, dan berlangsung selama tiga hari, 9–11 Juli 2025, di Hotel The Ritz-Carlton Jakarta, Mega Kuningan.

Acara dibuka oleh Ketua Umum ARSSI Pusat, drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH, serta menghadirkan lebih dari 20 narasumber lintas sektor—dari Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, hingga praktisi rumah sakit dari dalam dan luar negeri. Seminar ini tak hanya menjadi forum ilmiah, tapi juga ruang kolaborasi dalam mendorong transformasi digital layanan rumah sakit.

PASANG IKLAN

Saat sesi wawancara bersama awak media, Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, menekankan pentingnya peran rumah sakit swasta dalam sistem kesehatan nasional.

“Asosiasi rumah sakit ini memerankan peran penting di Indonesia. Sekitar 65% rumah sakit di Indonesia adalah rumah sakit swasta. Ini adalah kekuatan strategis dalam menjalankan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia, yang tentu harus kita dukung dengan regulasi dan kebijakan yang mendukung seluruh rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta,” ujarnya.

Prof. Dante juga menyinggung pentingnya sinergi kebijakan antara pemerintah dan penyelenggara layanan kesehatan swasta, terutama dalam hal implementasi digital. Ia menyoroti bahwa beberapa daerah di Indonesia sudah mulai menerapkan Electronic Medical Record (EMR) yang terhubung dengan sistem nasional.

“Sudah ada beberapa wilayah di Indonesia yang menerapkan sistem rekam medis elektronik. Semua data kesehatan itu disimpan dalam sistem nasional yang dikelola pemerintah, dan itu memungkinkan akses pelayanan lebih cepat kepada masyarakat,” jelasnya.

Tak hanya itu, penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam layanan administratif dan diagnostik pun mulai diterapkan. Hal ini, menurutnya, harus direspons cepat oleh seluruh rumah sakit.

“Masyarakat sekarang makin cerdas, dan informasi makin terbuka. Rumah sakit—terutama yang belum beralih ke digital—harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat yang sudah digital literate. Penggunaan AI dan sistem informasi harus menjadi bagian dari layanan yang adaptif,” tambahnya.

Ketua Umum ARSSI menambahkan, bahwa digitalisasi bukan sekadar tren, tapi kebutuhan mendesak di tengah tantangan global yang semakin kompleks.

“Teknologi seperti SIMRS, EMR, telemedicine hingga AI dalam diagnosis dan pengelolaan data akan sangat membantu rumah sakit memberikan layanan yang lebih cepat, tepat dan efisien. Tapi kita juga sadar, belum semua rumah sakit siap, terutama dari sisi infrastruktur dan SDM. Itulah sebabnya seminar ini hadir sebagai ruang belajar dan bertukar strategi,” ujar Iing Ichsan.

Rangkaian kegiatan juga menghadirkan sesi workshop, diskusi panel, dan expo inovasi teknologi kesehatan, yang memberi ruang kolaborasi antara pelaku industri, penyedia solusi teknologi, regulator, dan manajemen rumah sakit.

ARSSI berharap forum ini dapat memperkuat sistem kesehatan nasional melalui digitalisasi yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus mendorong transformasi pelayanan kesehatan yang relevan dengan perkembangan zaman.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *